Oleh: Cut Yunda (NIM. 4012018121, Mahasisiwi Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Langsa)
Aceh Timur memiliki Masjid dengan ornamen ala Timur Tengah yang begitu indah dan megah. Masjid bernama Baitul Ma’bud tersebut terletak di Desa Paya Gajah, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur dan memiliki nilai sejarah yang luar biasa. Di dalam komplek masjid ini terdapat makam bersejarah yaitu makam Kubue Aneuk Lhee, yang terlebih duhulu ada sejak tahun 1946 atau setahun setelah Indonesia Merdeka.
Khubu Adari 3 bersaudara atau sekarang dikenal dengan Aneuk lhee mereka bernama Usman berumur 14 tahun, Nurdin 12 tahun dan norma 10 tahun, mereka dari keluarga sederhana yang berasal dari Brandan, Sumatera Utara. Ibu dari ketiga anak ini telah meninggal dunia,dan mereka tinggal bersama ayahnya. Namun mereka di tinggalkan perhiasan berupa emas oleh ibunya. ketiga bersaudara ini menjadi korban pembunuhan dan mayatnya di temukan di Desa Paya Gajah Perlak Barat.
Baca Juga: Warga Aceh Utara Terharu, Masuk Daftar Penerima Rumah Layak Huni
Terdapat beberapa versi cerita yang menceritakan kronologis meninggalnya Aneuk lhee. Salah satu versi cerita yang melekat pada masyarakat bahwa Aneuk lhee ini dibunuh oleh salah satu pamannya dengan motif mengambil seluruh perhiasan yang berada pada tubuh Aneuk lhee tersebut, namun tidak ada bukti yang bisa memperkuat cerita tersebut. Dan keluarga dari Aneuk lhee ini pun membantah itu semua Mereka menceritakan bahwa pada hari itu anak mereka hilang dari rumah.
Singkat cerita pada tahun 1946 di desa paya gajah,ada seorang warga yang sedang memancing di sebuah jembatan kecil pada desa tersebut,dimna pada tahun itu desa tersebut masih dipenuhi dengan hutan dan hanya berjalan setapak,selama 3 hari berturut² warga setempat dihebohkan dengan 3 titik cahaya yang tembus kelangit berasal dari dalam hutan, pada hari ketiga warna memutus untuk mencari dari mana cahaya itu berasal, dan atas kuasa Allah SWT Cahya itu berasal dari 3 mayat anak kecil yang menajdi korban pembunuhan.
Karena mereka tidak memiliki identitas, warga memutuskan untuk memakamkan ketiga anak itu di tempat jasad mereka di temukan.
Makam Aneuk lhee ini di anggap keramat oleh warga selain karena keajaiban Allah berupa cahaya yang bersal dari mayat Aneuk lhee ini. Konon katanya dulu di sekitar makam Aneuk lhee ada seseorang yang sakit kulit, dan sangat susah untuk sembuh, kemudian beliau bernazar jika Allah izinkan sembuh beliau akan bersedekah untuk makam Aneuk lhee.
Atas izin Allah, penyakitnya sembuh, dari situlah berawal banyak masyarakat yang melepas hajat atau nazar di makam Aneuk lhee.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber bernama Ibu Juni Warga daro Telaga Mekuh yang datang ke kubu aneuk lhee untuk ziarah. Beliau mempercayai bahwasanya dengan atas izin allah membasuh wajah dengan air yang diletakkan di dekat kuburan itu dapat menyembuhkan penyakitnya. Selain itu beliau bukan hanya mengunjungi pemakaman namun juga untuk sholat di mesjid baitul ma’bud.
Hingga saat ini, tidak sedikit pula warga yang bersedekah untuk makam Aneuk lhee. Hasil sedekah tersebut, warga mampu membangun sebuah masjid yang bernama Baitul ma’bud yang berdiri kokoh di Desa Paya Gajah. Pendapatan setiap minggu dari sedekah sedekah warga yang berziarah ke kuburan dan beribadah ke mesjid berkisar 10-15 juta. Dari dana dana tersebut pengurus Kubu Aneuk Lhee membangun mesjid dayah dan balai pengajian hingga saat ini masih dalam proses pembangunan. Sungguh besarnya kuasa allah SWT.
Dibandingkan bangunan masjid yang awalnya dulu dibangun dari konstruksi tiang kayu, dan atap rumbia di tahun 1965. “Masjid ini pertama kali dibangun tahun 1965. Kemudian diperbarui sejak tahun 2006, hingga saat ini sudah terbangun masjid dengan bangunan yang kokoh dan indah.
Dasar warga menggunakan dana sumbangan dari makam Kubue Aneuk Lhee untuk pembangunan masjid yaitu berdasarkan amanah Tgk Umar, salah satu ahli waris dari makam tiga bersaudara tersebut. Banyak warga bersedekah ke makam Kubue Aneuk Lhee, baik pengguna jalan yang banyak bersedekah ke kotak amal yang ada di pinggir jalan nasional Banda Aceh-Medan. Selain itu, banyak warga juga bersedekah langsung ke kotak amal yang ada di dalam makam serta ada yang bersedekah ke masjid.
Dana tersebut dipergunakan untuk pembangunan dan operasional masjid, membayar honor guru pengajian di balai pengajian yang ada di dalam komplek masjid. Kemudian membangunan tempat pendidikan al-Quran (TPA) yang ada di desa, membangun dayah, serta untuk memperingati ulang tahun makam Kubue Aneuk Lhee setiap tahun yang dihadiri seluruh ahli waris dari Aceh Tamiang. Masjid ini memiliki halaman yang luas, memiliki TPA dalam komplek masjid, memiliki balai istirahat, dan memiliki fasilitas wudhu yang bersih, serta ruang masjid yang dilengkapi pendingin ruangan atau AC.
Bangunan masjid yang indah, ini juga terlihat dari ruas jalan Nasional Banda Aceh-Medan, karena lokasinya yang dekat dengan ruas jalan dengan jarak sekitar 50 sehingga banyak pengguna jalan singgah untuk menunaikan ibadah, ziarah, serta berwisata religi.