Infoacehtimur.com, Langsa – Akhirnya, pintu masuk ruang kerja Ketua DPRK Langsa, Melvita Sari, yang sebelumnya disegel kini resmi dibuka pada Senin, 17 Maret 2025.
Momen ini menjadi penanda berakhirnya salah satu episode ketegangan politik di DPRK Langsa, yang selama lebih dari sebulan terakhir terjebak dalam konflik internal.
Puluhan orang menyaksikan secara langsung pembukaan segel tersebut, termasuk Ketua DPRK Langsa Melvita Sari dan sejumlah anggota dewan lainnya.
Begitu kayu yang sebelumnya menyilang di pintu dicabut, ruangan pun terbuka disambut tepuk tangan dari mereka yang hadir.
BACA JUGA: Ruang Kerja Ketua DPRK Langsa Disegel, Manuver Politik Koalisi Kalah?
BACA JUGA: Intrik Politik dan Pusaran Birokrasi di Balik Penundaan Pelantikan Wali Kota Langsa
Beberapa bahkan mengabadikan momen tersebut dengan foto dan video menggunakan ponsel masing-masing.
“Kita buka sama-sama ya,” ujar Ketua DPRK Melvita Sari, sebelum secara simbolis membuka kembali ruang kerjanya yang sempat tertutup oleh manuver politik para rivalnya.
Begitu pintu terbuka, sejumlah anggota DPRK Langsa dan pihak lain langsung masuk ke dalam ruangan.
Namun, yang paling menarik adalah kehadiran Wali Kota Langsa terpilih, Jeffry Sentana S. Putra.
Ia tanpa ragu mengambil tempat duduk di dalam ruang kerja Ketua DPRK, seraya tersenyum dan menyapa orang-orang di sekitarnya.
Momen ini seolah menjadi simbol bahwa transisi kekuasaan yang sempat tertahan kini mulai bergerak maju.
Sebelumnya, pelantikan Jeffry Sentana sebagai Wali Kota Langsa sempat tertunda di tengah intrik politik dan tarik-ulur kepentingan dalam tubuh DPRK Langsa.
Ruang kerja Ketua DPRK Langsa disegel pada Kamis, 6 Februari 2025, bertepatan dengan saat Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Langsa menetapkan wali kota dan wakil wali kota terpilih.
Saat itu, Melvita Sari tengah menghadiri kegiatan KIP, dan sekembalinya ke DPRK, ia mendapati ruangannya telah dipaku menyilang menggunakan kayu.
Aksi penyegelan ini diduga kuat dipicu oleh perseteruan terkait perumusan Tata Tertib (Tatib) DPRK.
Melvita menolak menandatangani draft Tatib yang diajukan oleh Panitia Khusus (Pansus) karena dianggap tidak memiliki berita acara.
Namun, tanpa persetujuannya, draft tersebut tetap ditandatangani oleh Wakil Ketua I DPRK Langsa, Burhansyah, dan dikirim ke Provinsi.
Langkah ini mendapat penolakan keras dari Fraksi PAN dan Fraksi Langsa Juara, yang meminta agar pembahasan Tatib diulang dari awal.
Sejak saat itu, konflik semakin meruncing, dan puncaknya adalah penyegelan ruang kerja Ketua DPRK.
Di sisi lain, kekisruhan di DPRK Langsa juga dikaitkan dengan penundaan pelantikan Wali Kota Langsa.
Sejumlah pihak menduga ada manuver politik yang dimainkan untuk mengamankan posisi strategis di lingkaran birokrasi sebelum Jeffry Sentana benar-benar dilantik.
BACA JUGA: Jeffry Sentana Ajak Masyarakat Langsa Bersatu dan Fokus pada Pembangunan
BACA JUGA: Segera Dilantik, Pengesahan Wali Kota Langsa Jeffry-Haikal Masuki Tahap Akhir
Kini, dengan dibukanya kembali ruang kerja Ketua DPRK Langsa, ada harapan bahwa situasi politik di Kota Langsa bisa kembali stabil.
Namun, meski penyegelan telah berakhir, bayang-bayang rivalitas politik belum sepenuhnya sirna.
Apakah ini benar-benar akhir dari konflik, atau justru babak baru dari dinamika politik di DPRK Langsa?
Satu hal yang pasti, masyarakat Langsa berharap agar peristiwa ini menjadi titik balik bagi para pemangku kebijakan untuk kembali fokus pada tugas utama, bekerja demi kepentingan rakyat, bukan sekadar mengamankan posisi politik.